Dari kamus Dewan Bahasa CINTA = perasaan atau berperasaan sangat sayang kepada (Sesuatu)
Akan aku dirikan hidup ini diatas satu jalan, iaitu CINTA. Cinta kepada Allah, dan cinta kerana Allah. Janganlah memandangnya dengan KEJI dan JIJIK.
Diantara tujuh golongan manusia yang dinaungi Allah di bawah naunganNya pada hari kiamat, salah satu dari tujuh golongan itu adalah golongan yang didalam diri mereka mempunyai kasih sayang dan cinta yang tinggi. Iaitu golongan yang Rasulullah SAW sabdakan : “Dua orang yang berkasih sayang kerana Allah di mana kedua-duanya berkumpul dan berpisah untuk mendapat keredaan Allah.”
(Abu Daud & Ibnu Majah)
Di dalam sebuah Hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala hanya merahmati hamba-hambaNya yang pengasih.”
(HR. Bukhari)
Sungguh besar nilai kasih sayang ini. Hinggakan didalam hadith tersebut dikatakan Allah itu hanya merahmati hamba-hambaNya yang pengasih. Barang siapa yang mengasihi makhluk, maka ia akan dikasihi Allah. Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang pengasih akan di kasihi Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu.”
(HR. Tirmidzi)
Allah ta’ala berfirman: “Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka maka sesungguhnya Allah ta’ala Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. at-Taghobun: 14).
Firman Allah ta’ala: “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada, apakah kamu tidak ingin jika Allah ta’ala mengampunimu.”
(QS. an-Nuur: 22)
Pada perkiraannya bisakah kita menjadi seorang yang pemaaf sepertimana saranan Al-Quran itu jika kita tidak mensaratkan hati dengan kasih sayang dan cinta? Dan dalam tulisan-tulisan aku terdahulu. Aku menyuarakan yang kehidupan ini indah. Bantu membantu, berbuat baik. Dan salin mencintai antara satu sama lain. Ambillah yang mana baik didalamnya, dan tinggalkanlah yang mana buruk dan tercela. Sedang aku sendiri bukanlah dari golongan yang mengerjakannya. Aku ini hanyalah digolongan yang baru sahaja berusaha kearah melakukannya. Dan kebaikan ini pada pendapatku, tidak mungkin sama sekali mampu dilakukan secara bersendirian.
“Barang siapa yang menolong kesusahan orang muslim, maka Allah ta’ala akan menolongnya dari kesusahan pada hari kiamat.”
(HR. Bukhari).
Baginda juga bersabda: “Barang siapa yang menyelamatkan orang dari kesusahan, maka Allah ta’ala akan menyelamatkannya dari kesusahan pada hari kiamat.”
(HR. Ahmad)
Katakanlah, yang percintaan yakni berkasih sayang sesama makhluk ini tidak penting dan boleh dipandang enteng serta sambil lewa sahaja. Maka dengarkanlah Sabdanya.
“Allah ta’ala menolong seorang hamba selagi hamba tersebut menolong sesamanya.” Baginda juga bersabda: “Barang siapa menolong saudaranya yang memerlukan maka Allah ta’ala akan menolongnya.” (HR. Muslim)
Jadilah kita orang yang mempermudah kesulitan orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta’ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat.”
(HR. Muslim).
Baginda juga bersabda: “Terdapat pada umat sebelum mu seorang pedagang yang sering memberi pinjaman kepada orang lain, jika dia melihat si peminjam dalam kesulitan dia berkata kepada anak-anaknya: ‘Maafkan dia (jangan ditagih hutangnya) mudah-mudahan Allah ta’ala mengampuni kita’, maka Allah ta’ala pun mengampuninya.”
(HR. Bukhari)
Katakanlah juga yang perlakuan ini bisa saja dilakukan dengan mudah dan senang andainya tidak memiliki kasih sayang dan cinta didalam diri. Dan katakan juga engkau tidak memerlukan kasih sayang didalam dirimu untuk berlaku adil dan sopan. Maka dengarkanlah ini lagi.
Berlemah-lembutlah terhadap hamba Allah ta’ala maka kamu akan termasuk orang yang didoakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ya Allah, barang siapa yang berlemah-lembut terhadap umatku maka berlemah-lembutlah terhadapnya, dan barang siapa yang mempersulit umatku maka persulitlah ia.” (HR. Ahmad)
Baginda juga bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala adalah Dzat yang Maha Lemah Lembut mencintai kelembutan dan memberi pada kelembutan suatu kebaikan yang tidak pernah diberikan pada kekerasan.”
(HR. Muslim)
Beliau juga bersabda: “Barang siapa yang tidak memiliki kelembutan maka ia kehilangan suatu kebaikan.”
(HR. Muslim)
Serta berbuat baiklah kepada saudara kita. Kerana berbuat baik itu salah satu bukti yang engkau menyayanginya. Tidak diterima perkataan seseorang lelaki itu yang kononnya dia mencintai saudaranya sendiri tetapi dia tidak melakukan sepertinya. Dan tidak menunaikan hak-hak saudaranya.
Datang kepada Nabi SAW itu seorang sahabat, lalu ia berkata : “ Islam yang bagai manakah yang lebih utama?” . Lalu sabda Baginda : “ memberi makan (orang-orang miskin), mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang tidak engkau kenal.
(HR Bukhari)
Dan dari Anas ra. Dari Nabi SAW : “Tidak (sempurna) iman seseorang kamu, sebelum ia menyukai untuk saudaranya (sesama Islam) apa yang disukainya untuk dirinya sendiri.”
(HR Bukhari)
Muamalah (hubungan) Allah ta’ala terhadapmu sebagaimana hubunganmu terhadap hamba-Nya, maka pilihlah muamalah yang kau sukai yang mana Allah ta’ala akan me-muamalahimu dengannya, dan pergaulilah hamba-hamba-Nya dengan (pilihanmu) itu maka kamu akan mendapat ganjarannya. Jauhilah menyakiti sesama sendiri (Jika kamu melakukannya) maka Allah ta’ala akan menyiksamu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala akan menyiksa orang-orang yang menyakiti manusia.”
(HR. Muslim)
Dan manusia yang punya rasa kasih dan cinta yang tinggi itu mendapat kasih dan cinta Allah juga buat dirinya. Seperti pengajaran dari kisah ini.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Pada suatu hari Nabi SAW keluar (rumah). Beliau tidak bicara kepadaku dan aku pun tidak bicara pula kepada beliau. Sampai di pasar Bani Qainuqa’, beliau duduk di halaman rumah Fatimah, lalu beliau bersabda : “Adakah anak kecil disitu?” Fatimah menahannya sebentar mungkin ia sedang memakaikan kalung atau memandikan anak itu. Tidak lama kemudian datanglah anak kecil itu dengan tergesa-gesa, lalu dipeluk dan diciumnya. Baginda mendoakan, “Wahai Allah. Kasihanilah kiranya dia dan kasihi pula kiranya orang yang mengasihinya.”
Disini terlihat jelas barang siapa mengasihi dan mencintai orang lain itu sebenarnya pasti Allah akan mencintainya pula. Sesuai dengan maksud hadith tersebut. Malah Rasulullah SAW telah berdoa secara khusus bagi mereka.
Dan lagi permudahkanlah saudaramu itu atas sesuatu yang kuasa kepadamu. Jauhilah menyusahkan sesama sendiri (Jika kita melakukannya), maka kita akan masuklah kedalam doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bermaksud: “Ya Allah, barang siapa yang mengurus perkara umatku lalu mempersulit mereka, maka persulitlah dia dan barang siapa yang mempermudah mereka, maka permudahkanlah dia.”
(HR. Muslim)
Demi Allah, kayakanlah hatimu dengan perasaan cinta. Dan sesungguhnya cinta yang sebenar-benar itu bukanlah yang menjurus kepada nafsu syahwat. Tetapi rasa kasih dan sayang yang ikhlas. Yang tidak menginginkan sesuatu apa pun sebagai imbal balasnya. Dan janganlah kita sentiasa mencari-cari kelemahan dan kesalahan saudara kita. Kerana kelak Allah juga akan memperlakukan kita dengan sedemikian rupa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang senantiasa mencari kesalahan seorang muslim, maka Allah ta’ala akan senantiasa mencari kesalahannya pula, sehingga akan terbuka kesalahannya meskipun (tersembunyi) di dalam mulut unta (kendaraan) nya.”
(HR. Tirmidzi)
Beliau juga bersabda: “Barang siapa yang membuka aib saudaranya maka Allah ta’ala akan membuka aibnya sampai diperlihatkan kepada keluarganya.”
(HR. Ibnu Majah)
Sesungguhnya aku melihat ianya benar, dan kalimat–kalimat itu benar. Dan janji Allah itu juga benar. Maka, besertalah denganku dalam perkara ini. Janganlah berhati batu dan degil. Serta tidak mempunyai belas kasihan(tidak kasih) sesama sendiri.
Nabi SAW bersabda: “Barang siapa yang tidak menaruh belas kasihan terhadap sesamanya, maka Allah ta’ala tidak akan mengasihinya.”
(HR. Muslim)
Beliau juga bersabda: “Tidaklah dicabut rasa belas kasihan itu kecuali dari hati orang-orang yang celaka.” (HR. Tirmidzi)
Sangatlah keras peringatan ini. Tidakkah gentar wahai hati-hati yang menyebut nama Allah? Dan demi Allah jika terlalai aku dalam pekerjaan ini dan menjadi kasar dan bengis lalu telah berkurangan dan menjadi sedikit cinta kepadamu didalam hatiku. Maka peringatkanlah aku. Kerana sesungguhnya didalam hatiku ini ada bahagian yang menjadi hak saudaraku.
Di dalam shahih Bukhori terdapat sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Rasululloh shalallahu `alaihi wassalam ketika ditanya oleh seorang laki-laki tentang amalannya yang memasukkan dia ke syurga. Setelah beliau menyuruhnya untuk beribadah kepada Allah dan mentauhidkan ibadah itu untuk Nya, menegakkan sholat dan menunaikan zakat, beliau lalu bersabda: ” Wa Ashilaturrohim” ( “Dan sambunglah tali silaturrohim”) (Bukhori, hadits no 5637)
“Barang siapa yang ingin Allah banyakkan rezekinya atau Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali kekerabatannya (Bukhari,hadits no 5639; Muslim , hadits no 1961).
“Maka apabila jika kamu berkuasa , kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang Allah laknat. Allah akan menulikan pendengaran dan membutakan penglihatan mereka . (QS Muhammad: 22-23).
Ibnu Katsir berkata : Ayat ini mengandung larangan berbuat kerusakan bumi secara umum dan larangan memutus silaturrohim secara khusus.
Dan jika ikhtiar aku dalam mengeratkan silaturahim itu menjadi sendaan dan gurauan orang lain. Maka teruskanlah ketawa dan gelakmu itu. Jika engkau melihat ada menafaatnya didalam perbuatan itu. Sedangkan aku mengharapkan kamu berbai’at denganku dalam perkerjaan ini.
Ayat Al Quran lain yang berbicara tentang hal ini adalah QS. Ar-Ro`du:25 dan QS Annisa: 1)
Pada suatu hari Rasulullah Shalallahu `alaihi wassalam pernah duduk-duduk bersama sahabat nya. Beliau memerintahkan orang yang memutus tali silaturrohim untuk keluar dari majlis tersebut agar rahmat dapat turun kepada mereka.Hal ini menunjukkan, memutuskan tali silaturrohi itu dosanya amat besar. Dan orang yang tidak berusaha kearah membaik pulihnya itu adalah orang yang zalim kepada dirinya sendiri dan saudaranya. Dan sesungguhnya tidak adalah tempat bagi orang-orang yang zalim itu disisi Allah.
Manakala di akhirat, Rasulullah SAW bersabda: “Umatku! Umatku!” Ketika itu, manusia sibuk mendapatkan pertolongan para Nabi, sedangkan mereka pula sibuk memikirkan nasib diri mereka. Tetapi Nabi Muhammad sibuk memikirkan umatnya bukan dirinya.
Justeru, wajiblah bagi kita menyaksikan kemuliaan Baginda dalam setiap nikmat yang diterima oleh seorang Muslim kerana Baginda SAW adalah pembuka jalan-jalan kebaikan untuk kita dan menzahirkan bagi kita jalan-jalan yang mulia.
Rasulullah menghulur cinta bukan untuk dibalas tetapi untuk diteladani.
Cinta Rasulullah SAW juga unggul kerana ia merentasi tempat dan zaman hingga meliputi umatnya yang tidak pernah bersua dengannya mahupun keluarganya atau sahabatnya.
“Bertuahlah sesiapa yang melihatku dan beriman padaku.” Mendengar sabdanya ini mungkin kita umatnya yang datang kemudian agak sedih dan terkilan kerana tidak turut terangkum dalam sabdaannya itu. Tetapi alangkahnya terhibur hati kita apabila mendengar Rasulullah menyambung lagi sabdanya dengan bersemangat, “Bertuahlah, dan bertuahlah, dan bertuahlah, sesiapa yang tidak melihatku dan beriman padaku.”
Akan aku dirikan hidup ini diatas satu jalan, iaitu CINTA. Cinta kepada Allah, dan cinta kerana Allah. Janganlah memandangnya dengan KEJI dan JIJIK.
Diantara tujuh golongan manusia yang dinaungi Allah di bawah naunganNya pada hari kiamat, salah satu dari tujuh golongan itu adalah golongan yang didalam diri mereka mempunyai kasih sayang dan cinta yang tinggi. Iaitu golongan yang Rasulullah SAW sabdakan : “Dua orang yang berkasih sayang kerana Allah di mana kedua-duanya berkumpul dan berpisah untuk mendapat keredaan Allah.”
(Abu Daud & Ibnu Majah)
Di dalam sebuah Hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala hanya merahmati hamba-hambaNya yang pengasih.”
(HR. Bukhari)
Sungguh besar nilai kasih sayang ini. Hinggakan didalam hadith tersebut dikatakan Allah itu hanya merahmati hamba-hambaNya yang pengasih. Barang siapa yang mengasihi makhluk, maka ia akan dikasihi Allah. Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang pengasih akan di kasihi Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu.”
(HR. Tirmidzi)
Allah ta’ala berfirman: “Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka maka sesungguhnya Allah ta’ala Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. at-Taghobun: 14).
Firman Allah ta’ala: “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada, apakah kamu tidak ingin jika Allah ta’ala mengampunimu.”
(QS. an-Nuur: 22)
Pada perkiraannya bisakah kita menjadi seorang yang pemaaf sepertimana saranan Al-Quran itu jika kita tidak mensaratkan hati dengan kasih sayang dan cinta? Dan dalam tulisan-tulisan aku terdahulu. Aku menyuarakan yang kehidupan ini indah. Bantu membantu, berbuat baik. Dan salin mencintai antara satu sama lain. Ambillah yang mana baik didalamnya, dan tinggalkanlah yang mana buruk dan tercela. Sedang aku sendiri bukanlah dari golongan yang mengerjakannya. Aku ini hanyalah digolongan yang baru sahaja berusaha kearah melakukannya. Dan kebaikan ini pada pendapatku, tidak mungkin sama sekali mampu dilakukan secara bersendirian.
“Barang siapa yang menolong kesusahan orang muslim, maka Allah ta’ala akan menolongnya dari kesusahan pada hari kiamat.”
(HR. Bukhari).
Baginda juga bersabda: “Barang siapa yang menyelamatkan orang dari kesusahan, maka Allah ta’ala akan menyelamatkannya dari kesusahan pada hari kiamat.”
(HR. Ahmad)
Katakanlah, yang percintaan yakni berkasih sayang sesama makhluk ini tidak penting dan boleh dipandang enteng serta sambil lewa sahaja. Maka dengarkanlah Sabdanya.
“Allah ta’ala menolong seorang hamba selagi hamba tersebut menolong sesamanya.” Baginda juga bersabda: “Barang siapa menolong saudaranya yang memerlukan maka Allah ta’ala akan menolongnya.” (HR. Muslim)
Jadilah kita orang yang mempermudah kesulitan orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta’ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat.”
(HR. Muslim).
Baginda juga bersabda: “Terdapat pada umat sebelum mu seorang pedagang yang sering memberi pinjaman kepada orang lain, jika dia melihat si peminjam dalam kesulitan dia berkata kepada anak-anaknya: ‘Maafkan dia (jangan ditagih hutangnya) mudah-mudahan Allah ta’ala mengampuni kita’, maka Allah ta’ala pun mengampuninya.”
(HR. Bukhari)
Katakanlah juga yang perlakuan ini bisa saja dilakukan dengan mudah dan senang andainya tidak memiliki kasih sayang dan cinta didalam diri. Dan katakan juga engkau tidak memerlukan kasih sayang didalam dirimu untuk berlaku adil dan sopan. Maka dengarkanlah ini lagi.
Berlemah-lembutlah terhadap hamba Allah ta’ala maka kamu akan termasuk orang yang didoakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ya Allah, barang siapa yang berlemah-lembut terhadap umatku maka berlemah-lembutlah terhadapnya, dan barang siapa yang mempersulit umatku maka persulitlah ia.” (HR. Ahmad)
Baginda juga bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala adalah Dzat yang Maha Lemah Lembut mencintai kelembutan dan memberi pada kelembutan suatu kebaikan yang tidak pernah diberikan pada kekerasan.”
(HR. Muslim)
Beliau juga bersabda: “Barang siapa yang tidak memiliki kelembutan maka ia kehilangan suatu kebaikan.”
(HR. Muslim)
Serta berbuat baiklah kepada saudara kita. Kerana berbuat baik itu salah satu bukti yang engkau menyayanginya. Tidak diterima perkataan seseorang lelaki itu yang kononnya dia mencintai saudaranya sendiri tetapi dia tidak melakukan sepertinya. Dan tidak menunaikan hak-hak saudaranya.
Datang kepada Nabi SAW itu seorang sahabat, lalu ia berkata : “ Islam yang bagai manakah yang lebih utama?” . Lalu sabda Baginda : “ memberi makan (orang-orang miskin), mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang tidak engkau kenal.
(HR Bukhari)
Dan dari Anas ra. Dari Nabi SAW : “Tidak (sempurna) iman seseorang kamu, sebelum ia menyukai untuk saudaranya (sesama Islam) apa yang disukainya untuk dirinya sendiri.”
(HR Bukhari)
Muamalah (hubungan) Allah ta’ala terhadapmu sebagaimana hubunganmu terhadap hamba-Nya, maka pilihlah muamalah yang kau sukai yang mana Allah ta’ala akan me-muamalahimu dengannya, dan pergaulilah hamba-hamba-Nya dengan (pilihanmu) itu maka kamu akan mendapat ganjarannya. Jauhilah menyakiti sesama sendiri (Jika kamu melakukannya) maka Allah ta’ala akan menyiksamu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala akan menyiksa orang-orang yang menyakiti manusia.”
(HR. Muslim)
Dan manusia yang punya rasa kasih dan cinta yang tinggi itu mendapat kasih dan cinta Allah juga buat dirinya. Seperti pengajaran dari kisah ini.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Pada suatu hari Nabi SAW keluar (rumah). Beliau tidak bicara kepadaku dan aku pun tidak bicara pula kepada beliau. Sampai di pasar Bani Qainuqa’, beliau duduk di halaman rumah Fatimah, lalu beliau bersabda : “Adakah anak kecil disitu?” Fatimah menahannya sebentar mungkin ia sedang memakaikan kalung atau memandikan anak itu. Tidak lama kemudian datanglah anak kecil itu dengan tergesa-gesa, lalu dipeluk dan diciumnya. Baginda mendoakan, “Wahai Allah. Kasihanilah kiranya dia dan kasihi pula kiranya orang yang mengasihinya.”
Disini terlihat jelas barang siapa mengasihi dan mencintai orang lain itu sebenarnya pasti Allah akan mencintainya pula. Sesuai dengan maksud hadith tersebut. Malah Rasulullah SAW telah berdoa secara khusus bagi mereka.
Dan lagi permudahkanlah saudaramu itu atas sesuatu yang kuasa kepadamu. Jauhilah menyusahkan sesama sendiri (Jika kita melakukannya), maka kita akan masuklah kedalam doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bermaksud: “Ya Allah, barang siapa yang mengurus perkara umatku lalu mempersulit mereka, maka persulitlah dia dan barang siapa yang mempermudah mereka, maka permudahkanlah dia.”
(HR. Muslim)
Demi Allah, kayakanlah hatimu dengan perasaan cinta. Dan sesungguhnya cinta yang sebenar-benar itu bukanlah yang menjurus kepada nafsu syahwat. Tetapi rasa kasih dan sayang yang ikhlas. Yang tidak menginginkan sesuatu apa pun sebagai imbal balasnya. Dan janganlah kita sentiasa mencari-cari kelemahan dan kesalahan saudara kita. Kerana kelak Allah juga akan memperlakukan kita dengan sedemikian rupa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang senantiasa mencari kesalahan seorang muslim, maka Allah ta’ala akan senantiasa mencari kesalahannya pula, sehingga akan terbuka kesalahannya meskipun (tersembunyi) di dalam mulut unta (kendaraan) nya.”
(HR. Tirmidzi)
Beliau juga bersabda: “Barang siapa yang membuka aib saudaranya maka Allah ta’ala akan membuka aibnya sampai diperlihatkan kepada keluarganya.”
(HR. Ibnu Majah)
Sesungguhnya aku melihat ianya benar, dan kalimat–kalimat itu benar. Dan janji Allah itu juga benar. Maka, besertalah denganku dalam perkara ini. Janganlah berhati batu dan degil. Serta tidak mempunyai belas kasihan(tidak kasih) sesama sendiri.
Nabi SAW bersabda: “Barang siapa yang tidak menaruh belas kasihan terhadap sesamanya, maka Allah ta’ala tidak akan mengasihinya.”
(HR. Muslim)
Beliau juga bersabda: “Tidaklah dicabut rasa belas kasihan itu kecuali dari hati orang-orang yang celaka.” (HR. Tirmidzi)
Sangatlah keras peringatan ini. Tidakkah gentar wahai hati-hati yang menyebut nama Allah? Dan demi Allah jika terlalai aku dalam pekerjaan ini dan menjadi kasar dan bengis lalu telah berkurangan dan menjadi sedikit cinta kepadamu didalam hatiku. Maka peringatkanlah aku. Kerana sesungguhnya didalam hatiku ini ada bahagian yang menjadi hak saudaraku.
Di dalam shahih Bukhori terdapat sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Rasululloh shalallahu `alaihi wassalam ketika ditanya oleh seorang laki-laki tentang amalannya yang memasukkan dia ke syurga. Setelah beliau menyuruhnya untuk beribadah kepada Allah dan mentauhidkan ibadah itu untuk Nya, menegakkan sholat dan menunaikan zakat, beliau lalu bersabda: ” Wa Ashilaturrohim” ( “Dan sambunglah tali silaturrohim”) (Bukhori, hadits no 5637)
“Barang siapa yang ingin Allah banyakkan rezekinya atau Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali kekerabatannya (Bukhari,hadits no 5639; Muslim , hadits no 1961).
“Maka apabila jika kamu berkuasa , kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang Allah laknat. Allah akan menulikan pendengaran dan membutakan penglihatan mereka . (QS Muhammad: 22-23).
Ibnu Katsir berkata : Ayat ini mengandung larangan berbuat kerusakan bumi secara umum dan larangan memutus silaturrohim secara khusus.
Dan jika ikhtiar aku dalam mengeratkan silaturahim itu menjadi sendaan dan gurauan orang lain. Maka teruskanlah ketawa dan gelakmu itu. Jika engkau melihat ada menafaatnya didalam perbuatan itu. Sedangkan aku mengharapkan kamu berbai’at denganku dalam perkerjaan ini.
Ayat Al Quran lain yang berbicara tentang hal ini adalah QS. Ar-Ro`du:25 dan QS Annisa: 1)
Pada suatu hari Rasulullah Shalallahu `alaihi wassalam pernah duduk-duduk bersama sahabat nya. Beliau memerintahkan orang yang memutus tali silaturrohim untuk keluar dari majlis tersebut agar rahmat dapat turun kepada mereka.Hal ini menunjukkan, memutuskan tali silaturrohi itu dosanya amat besar. Dan orang yang tidak berusaha kearah membaik pulihnya itu adalah orang yang zalim kepada dirinya sendiri dan saudaranya. Dan sesungguhnya tidak adalah tempat bagi orang-orang yang zalim itu disisi Allah.
Manakala di akhirat, Rasulullah SAW bersabda: “Umatku! Umatku!” Ketika itu, manusia sibuk mendapatkan pertolongan para Nabi, sedangkan mereka pula sibuk memikirkan nasib diri mereka. Tetapi Nabi Muhammad sibuk memikirkan umatnya bukan dirinya.
Justeru, wajiblah bagi kita menyaksikan kemuliaan Baginda dalam setiap nikmat yang diterima oleh seorang Muslim kerana Baginda SAW adalah pembuka jalan-jalan kebaikan untuk kita dan menzahirkan bagi kita jalan-jalan yang mulia.
Rasulullah menghulur cinta bukan untuk dibalas tetapi untuk diteladani.
Cinta Rasulullah SAW juga unggul kerana ia merentasi tempat dan zaman hingga meliputi umatnya yang tidak pernah bersua dengannya mahupun keluarganya atau sahabatnya.
“Bertuahlah sesiapa yang melihatku dan beriman padaku.” Mendengar sabdanya ini mungkin kita umatnya yang datang kemudian agak sedih dan terkilan kerana tidak turut terangkum dalam sabdaannya itu. Tetapi alangkahnya terhibur hati kita apabila mendengar Rasulullah menyambung lagi sabdanya dengan bersemangat, “Bertuahlah, dan bertuahlah, dan bertuahlah, sesiapa yang tidak melihatku dan beriman padaku.”
0 comments :
Post a Comment