IHYA' ULUMIDDIN JILID 7-8 PENJELASAN: Ubat harap dan jalan yang berhasil daripadanya keadaan harap dan mengeras(bersungguh-sungguh) harap itu

Ketahuilah kiranya, bahwa ubat ini diperlukan oleh salah seorang dari dua orang. Adakalanya orang yang telah mengerasi atasnya oleh ke-putusasa-an. Lalu ia meninggalkan ibadah. Dan adakalanya orang yang mengerasi atasnya oleh ketakutan. Lalu ia berlebih-Iebihan pada rajinnya beribadah. Sehingga mendatangkan melarat atas dirinya dan keluarganya. Inilah dua orang, yang cenderung dari kelurusan (di tengah-tengah) ke segi memboros dan membuang-buang tenaga. Keduanya memerlukan kepada pengubatan yang mengembalikannya kepada kelurusan (di tengah-tengah).

Adapun orang maksiat yang tertipu, yang berangan-angan kepada Allah. serta berpaling dari ibadah dan mengerjakan perbuatan maksiat, maka ubat harapnya berbalik menjadi racun yang membinasakannya. Dan herkedudukan ubat itu pada kedudukan air madu, yang menjadi ubat bagi orang yang mengerasi dingin atas dirinya. Dan menjadi racun yang membinasakan bagi orang yang mengerasi panas atas dirinya. Bahkan, orang yang tertipu, tiada memakai pada dirinya, selain ubat-ubat takut dan sebab-sebab yang membangkitkan ketakutan.

Maka kerana inilah, harus ada yang memberi pengajaran kepada orang banyak, yang lemah-Iembut, yang memperhatikan kepada tempat-tempat terjadinya penyakit-penyakit, yang mengubatkan setiap penyakit dengan yang berlawanan dengan dia. Tidak dengan menambahkan pada penyakit. Sesungguhnya yang dicari, ialah: keadilan (yang di tengah-tengah) dan yang sederhana pada seluruh sifat dan akhlak. Dan sebaik-baik pekerjaan itu yang di tengah-tengah. Maka apabila melewati yang di tengah, ke salah satu dari dua tepi, nescaya diubati dengan yang mengembalikan kepada di tengah. Tidak dengan apa yang menambahkan merengnya dari di tengah.

Zaman ini adalah zaman yang tiada sayogianya dipakaikan sebab-sebab harap, bersama orang banyak. Akan tetapi, bersangatan pada menakutkan juga, hampir tidak mengembalikan mereka kepada kebenaran yang sungguh-sungguh dan jalan kebenaran.

Adapun menyebutkan sebab-sebab harap, maka akan membinasakan mereka dan menjatuhkan mereka keseluruhan ke dalam jurang. Akan tetapi, tatkala adalah sebab-sebab harap itu lebih ringan kepada hati dan lebih lazat pada jiwa dan tidaklah maksud juru-juru pengajaran, selain menarikkan hati dan menuturkan kepada orang banyak dengan pujian, di mana pun mereka berada, nescaya mereka itu cenderung kepada harap. Sehingga kerusakan itu bertambah rusak. Dan bertambahlah terjerumusnya mereka dalam kedurhakaan.

Ali r.a. berkata: "Sesungguhnya orang yang berilmu, ialah: orang yang tidak mendatangkan ke-putus-asa-an manusia dari rahmat Allah Ta'ala dan tidak menjamin keamanan bagi mereka dari cobaan Allah.

Kami akan menyebutkan sebab-sebab harap, untuk dapat dipakai terhadap orang yang putus asa. Atau pada orang yang dikerasi oleh ketakutan. Kerana mengikuti Kitab Allah Ta'ala dan sunnah RasulNya s.a.w. Kerana keduanya ini melengkapi kepada takut dan harap. Kerana keduanya mengumpulkan sebab-sebab sembuh, terhadap jenis-jenis orang sakit. Supaya dipakai oleh para ulama, yang menjadi pewaris-pewaris para nabi, menurut keperluan, sebagaimana yang dipakai oleh doktor yang ahli. Tidak sebagaimana dipakai oleh orang yang dungu, yang menyangka bahwa setiap sesuatu dari ubat-ubat itu patut bagi setiap penyakit, bagaimana pun adanya penyakit itu.

Keadaan harap itu mengeras dengan dua perkara:-

Pertama: dengan jalan mengambil ibarat (i'tibar).

Kedua: dengan penyelidikan ayat-ayat, hadits-hadits dan atsar-atsar. Adapun i'tibar, yaitu: bahwa diperhatikan semua yang telah kami sebutkan, pada jenis-jenis nikmat dari Kitab Syukur. Sehingga ia tahu akan yang halus-halus dari nikmat Allah Ta'ala kepada hamba-hambaNYA di dunia. Dan keajaiban-keajaiban hikmahNYA yang dipeliharaNYA pada menciptakan insan. Sehingga tersedialah bagi insan itu di dunia, setiap yang penting baginya untuk keterusan adanya. Seperti alat-alat makanan dan apa yang diperlukan, seperti anak jari dan kuku. Dan yang menjadi hiasan baginya, seperti: melengkungnya dua bulu kening, berlainan warn a dua mata, merah dua bibir dan lain-lain, daripada apa, yang tiada sumbing dengan tidak adanya itu, suatu maksud yang dimaksudkan. Hanya ada dengan ketiadaan itu hilangnya ketambahan kecantikan.

Maka bantuan ke-Tuhan-an, apabila tidak berhenti dari hamba-hambaNYA pada contoh-contoh yang halus itu, sehingga IA tidak redha bagi hamba-hambaNYA, bahwa hilang dari mereka, kelebihan-kelebihan dan tambahan-tambahan pada hiasan dan hajat keperluan, maka bagaimana IA redha dibawa mereka kepada kebinasaan yang abadi? Bahkan, apabila insan memperhatikan dengan perhatian yang menyenangkan, nescaya ia tahu, bahwa kebanyakan makhluk telah disiapkan baginya, sebab-sebab kebahagiaan di dunia. Sehingga ia tidak suka berpindah dari dunia itu dengan kematian. Walaupun diberi-tahukan kepadanya, bahwa tiada akan diazabkan sesudah mati selama-lamanya umpamanya. Atau tiada sekalikali akan dibangkitkan sesudah mati itu. Dan kebencian mereka itu tidaklah kerana tidak lagi di dunia, melainkan kerana  sudah pasti  sebab-sebab kenikmatan yang membanyak itu. Dan sesungguhnya yang meangan-angankan mati itu jarang sekali. Kemudian, tiada yang menganganangankannya, selain dalam hal yang jarang sekali dan kejadian yang menyerang yang luar biasa.

Jadi, adalah keadaan kebanyakan makhluk di dunia itu, yang banyak kepadanya, ialah: baik dan selamat. Maka sunnah Allah. tiada anda dapati padanya pergantian. Maka kebanyakannya, urusan akhirat begitu juga adanya. Kerana yang mengatur dunia dan akhirat itu SATU. Yaitu: yang maha pengampun, mahapengasih, maha kasih-sayang kepada hamba-hambaNYA, yang mahabelas-kasihan kepada mereka.

Maka ini, apabila diperhatikan dengan sebenar-benarnya, nescaya kuatlah dengan yang demikian itu sebab-sebab harap. Dan dari i'-tibar juga, diperhatikan tentang hikmah syari'at dan sunnah-sunnahnya tentang kemuslihatan dunia dan segi rahmat bagi segala hambaNYA. Sehingga sebahagian arifin (yang mempunyai ma'rifah yang mendalam) melihat ayat hutang-piutang (ayat al-mudayanah) pada surat Al-Baqarah (1), adalah di antara sebab-sebab harap yang terkuat. Maka ditanyakan kepada orang arifin itu: "Apakah yang padanya itu harap?".

Beliau itu menjawab: "Dunia semuanya itu sedikit. Rezeki insan padanya sedikit. Dan hutang itu sedikit daripada rezekinya. Maka perhatikanlah, bagaimana Allah Ta'ala menurunkan padanya, ayat yang terpanjang. Supaya hambaNYa mendapat petunjuk kepada jalan menjaga diripada menjaga agamanya. Maka bagaimana ia tidak menjaga agamanya. yang tiada tukaran baginya!"

Bidang kedua: penyelidikan ayat-ayat dan hadits-hadits. Maka ayat dan hadits yang datang tentang harap itu di luar dari hinggaan.

(I) Bacalah ayat tersebut pada Sural AI-Baqarah. ayat 282 yang demikian panjangnya. (Pent.).

Adapun ayat-ayat, maka Allah Ta'ala berfirman:-

Artinya: "Katakanlah! Hai hamba-hambaKU yang melampaui batas mencelakakan dirinya sendiri! Janganlah kamu putus harapan dari rahmat Allah! Sesungguhnya Allah mengampuni segenap dosa. Sesungguhnya IA Maha Pengampun dan Maha Penyayang". S. Az-Zumar, ayat 53.

Menurut pembacaan Rasulullah s.a.w ialah:-

Artinya: "Dan IA tidak memperdulikan, sesungguhnya IA Maha Pengampun dan Maha Penyayang". (1).

Allah Ta'ala berfirman:-

Artinya: "Dan malaikat-malaikat itu mengueapkan tasbih memuji Tuhan mereka dan memohonkan ampunan untuk segenap yang mendiami bumi". S. Asy-Syura, ayat 5.

Allah Ta'ala menerangkan. bahwa neraka disediakanNYA bagi musuh-musuhNYA. Dan neraka itu ditakutkanNYA kepada para wali-waliNYA.

Allah berfirman:-

Artinya: "Di atas kepala mereka tumpukan api dan di bawahnya tumpukan (api pula). Dengan itu, Allah memberi ancaman kepada hamha-hambaNYA". S. Az-Zumar, ayat 16.

Allah'Ta'ala berfirman:-

Artinya: "Dan peliharalah dirimu dari neraka yang disediakan untuk orang-orang yang tidak beriman". S. Ali 'Imran, ayat 131.

(I) Yaitu: tambahan kata-kata: wa laa yubaalii. Dan hadits ini dirawikan At-Tirmidzi dari Asma binti Yazid. hadits hasan gharih.

Dan Allah Ta'ala berfirman:-

Artinya: "Sebab itu, AKU memperingatkan kepada kamu api yang menyala. Tiada masuk ke dalamnya selain dari orang yang amat eelaka. Yang mendustakan (kebenaran) dan membelakang". S. AI-Lail, ayat 14 15 - 16.

Allah 'Azza wa lalla berfirman:-

Artinya: "Dan bahwa Tuhan engkau Pengampun kesalahan manusia S. Ar-Ra'd, ayat 6. (1).

Dikatakan, bahwa Nabi s.a.w. senantiasa menanyakan tentang ummatnya, sehingga dikatakan kepadanya: "Apakah engkau tidak redha dan telah diturunkan kepada engkau ayat ini?".

Dan tentang penafsiran firman Allah Ta'ala:-

Artinya: "Dan nanti Tuhan engkau akan memberikan kepada engkau, maka engkau akan bersenang hati (redha)". S. Adl-Dluha, ayat 5, bahwa kata Ibnu Abbas (2), bahwa Muhammad s.a.w. tiada senang seorang pun dari umatnya masuk neraka.

Adalah Abu Ja'far Muhammad bin Ali mengatakan: "Tuan-tuan penduduk Irak mengatakan: "Ayat yang paling mengandung harapan dalam Kitab Allah ' Azza wa Jalla, ialah firmanNYA:-

Artinya: "Katakanlah! Hai hamba-hambaKU yang melampaui batas mencelakakan dirinya sendiri! Janganlah kamu putus harapan dari rahmat Allah! Sesungguhnya Allah mengampuni segenap dosa. Sesungguhnya IA Maha Pengampun dan Maha Penyayang". S. Az-Zumar, ayat 53.

Dan kami keluarga Rasulullah s.a.w. mengatakan, bahwa yang paling mengandung harapan dalam Kitab

Allah 'Azza wa Jalla, ialah firmanNYA:-

Artinya: "Dan nanti Tuhan engkau akan memberikan kepada engkau, maka engkau akan bersenang hati (redha)". S. Adl-Dluha, ayat 5.

(1) Menurul AI-Iraqi, beliau tiada menjumpai hadits. yang bunyinya seperti ini.

(2) Menurul Thya' sendiri, tidak jelas, siapa yang mengatakan itu. Tetapi dijelaskan oleh fll;haf. syarah Thya', jilid IX, hal. 175. bahwa yang mengatakan itu. ialah Tbnu Abbas. (Pent. ).

Adapun hadits-hadits, maka diriwayatkan Abu Musa dari Nabi s.a.w., bahwa beliau bersabda:-

Artinya: "Ummatku itu ummat yang dicurahkan rahmat. Tiada azab atas dirinya di akhirat. Allah menyegerakan siksaannya di dunia, dengan: gempa-gempa bumi dan kekacauan-kekacauan (fitnah-fitnah). Maka apa-bila telah ada hari kiamat nanti, nescaya ditolakkan kepada setiap orang dari ummatku, akan seorang dari pemeluk agama yang berkitab (Yahudi dan Nasrani). Lalu dikatakan: "Inilah tebusan engkau dari neraka!". (1).

(1) Dirawikan Abu Dawud. Dan Ibnu Majah merawikannya dari Anas. Sanad dha`if.

Manurut susunan kata-kata yang lain, ialah:-

Artinya: "Setiap orang dari ummat ini akan datang dengan seorang Yahudi atau Nasrani ke neraka jahannam. Lalu ia mengatakan: "Inilah tebusanku dari neraka". Maka orang Yahudi atau Nasrani itu dicampakkan ke dalam neraka". (1).

Nabi s.a.w. bersabda:-

Artinya: "Demam itu dari kesangatan panas neraka jahannam. Dan itu adalah keuntungan orang yang beriman, dari api neraka". (2).

Diriwayatkan tentang penafsiran firman Allah Ta'ala:-

Artinya: "Pada hari, yang tiada diberikan kehinaan oleh Allah kepada Nabi dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia". S. AtTahrim, ayat 8, bahwa Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada NabiNya s.a.w.: "Bahwa AKU jadikan perhitungan amal (hisab) ummat engkau kepada engkau".

Nabi s.a.w. menjawab: 'Tidak, wahai Tuhanku! ENGKAU lebih mengasihani mereka daripadaku".

Maka Allah Ta'ala berfirman: "Jadi, KAMI tidak memberikan kehinaan akan engkau mengenai mereka". (3).

Diriwayatkan dari Annas, bahwa Rasulullah s.a.w. menanyakan Tuhannya tentang dosa-dosa ummatnya.

Nabi s.a.w. bersabda:-

Artinya: "Wahai Tuhanku! Jadikanlah perhitungan amal mereka kepadaku, supaya tidak dilihat keburukan mereka, selain aku".

Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada Nabi s.a.w.: "Mereka itu ummatmu dan mereka itu hamba-hambaKU. AKU kasih sayang kepada mereka dari engkau. AKU tidak menjadikan perhitungan amal mereka kepada selain AKU. Supaya tidak dilihat oleh engkau dan selain engkau kepada keburukan mereka". (4).

(I) Dirawikan Muslim dari Abu Musa.

(2) Dirawikan Ahmad dari Abi Amamah. dari riwayat Abi Shalih AI-Asy'ari. yang tidak dikenal dan tidak terkenal namanya.

(3) Dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya.

(4) Menurut AI-Iraqi. beliau tidak mengetahui hadits ini sama sekali.

Nabi s.a.w•. bersabda:-

Artinya: "Hidupku itu kebajikan bagi kamu dan matiku itu kebajikan bagi kamu. Adapun hidupku, maka aku sunnahkan bagi kamu akan sunnah-sunnah dan aku syariatkan bagi kamu syariat-syariat (hukum-hukum Agama). Adapun matiku, maka sesungguhnya semua amal kamu di-datangkan kepadaku. Maka apa yang aku lihat daripadanya itu baik, nescaya aku memujikan Allah atas yang demikian. Dan apa yang aku lihat daripadanya itu buruk, nescaya aku memohonkan ampunan Allah Ta'ala bagi kamu". (2).

Pada suatu hari Nabi s.a.w. mengucapkan:-

Artinya: "Wahai Yang Maha Pemurah memberi kema'afan!".

Lalu Jibril a.s. bertanya: "Adakah engkau tahu, apa penafsiran: "Yaa kariimal-'afwi" itu?". Yaitu: Jikalau IA mema'afkan dari kejahatan-kejahatan dengan rahmatNYA, nescaya digantikanNYA kejahatan itu dengan kebaikan, dengan kemurahanNYA". (3).

Nabi s.a.w. mendengar seorang laki-Iaki berdo'a: "Wahai Allah Tuhanku! Aku bermohon padaMU kesempurnaan nikmat".

Lalu Nabis.a.w.bertanya

Artinya: Adakah engkau tahu, apa Itu kesempumaan nikmat?". Laki-Iaki itu menjawab: "Tidak!".

(2) Dirawikan AI-Bazzar dari Abdullah bin Mas-'ud. perawi•perawinya orang-orang benar (shahih).

(3) Menurut AI-Iraqi, bukan dari Nabi s,a,w. Tetapi, antara Nabi Ibrahim dan Jibril a.s.

Lalu Nabi s.a.w. bersabda:

Artinya: "Masuk syurga". (1).

Para ulama mengatakan, bahwa Allah telah menyempurnakan nikmatNYA kepada kita, dengan redhaNYA Agama Islam bagi kita. Kerana Allah Ta'ala berfirman:-

Artinya: "Dan telah KUsempurnakan kepadamu nikmatKU dan AKU telah meredhai Islam itu menjadi agamamu•'. S. AI Maidah. ayat 3.

Dan tersebut pada hadits:-

Artinya: "Apabila hamba itu berdosa dengan sesuatu dosa, lalu ia meminta ampunan Allah, maka Allah 'Azza wa Jalla berfirman kepada para malaikatNYA: "LihatIah kepada hambaKU yang telah berdosa dengan suatu dosa! Maka ia tahu, bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampunkan segal a dosa dan yang menyiksakan dengan dosa itu. AKU persaksikan kepada kamu, bahwa Aku telah mengampunkan dosanya". (2).

Pada hadits tersebut:

Artinya: "Jikalau berdosalah hamba, sehingga sampai dosa-dosanya itu ke awan langit, nescaya AKU ampunkan baginya, apa yang dimintanya ampunan padaKU dan yang diharapkannya padaKU". (3).

(1) Dirawikan Ath-Thabrani dari Ma-adz dan telah diterangkan dahulu.

(2) Dirawikan Al•Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

(3) Dirawikan At-Tirmidzi d;ri Anas, hadits hasan (baik).

Pada hadits, tersebut:-

Artinya: "Jikalau hambaKU menemui AKU dengan dosa sesarung bumi, nescaya AKU menemuinya dengan ampunan sesarang bumi". (1).

Tersebut pada hadits

Artinya: "Sesungguhnya malaikat mengangkat pena (al-qalam) dari hamba, apabila ia telah berbuat dosa enam jam, Maka jikalau ia bertaubat dan meminta ampun, nescaya malaikat itu tidak menuliskan dosa tadi atas dirinya. Dan jikalau tidak, nescaya malaikat itu menuliskannya sebagai kejahatan". (2).

Dan pada kata-kata yang  lain

Artinya: "Maka apabila malaikat itu menuliskannya atas orang itu dan orang itu berbuat amal baik, nescaya malaikat yang di sebelah kanan mengatakan kepada malaikat yang di sebelah kiri dan malaikat yang di sebelah kanan itu amir (kepala) atas malaikat yang di sebelah kiri: "Campakkanlah kejahatan ini, sehingga aku jumpai dari kebaikan-kebaikannya itu satu, penggandaan sepuluh. Dan aku angkatkan baginya akan sembilan kebaikan", Maka dicampakkan daripadanya ke jahatan itu". Diriwayatkan Anas pada suatu hadits. bahwa Nabi s.a.w. bersabda: "Apabila hamba itu berbuat suatu dosa. nescaya dituliskan atas diri hamba itu" .

Lalu seorang Arab desa(badwi) bertanya: "Dan jikalau ia bertaubat daripadanya?".

(1) Dirawikan Muslim dari Abu Dzar.

(2) Dirawikan AI-Baihaqi dari Abi Amamah.

Nabi s.a.w. menjawab: "Nescaya dihapuskan dari dosa itu", Arab desa(badwi) itu bertanya lagi: "Jikalau diulanginya?".

Nabi s.a,w. menjawab: "Dituliskan lagi atas orang itu". Arab desa(badwi) itu bertanya pula: "Jikalau ia taubat?",

Nabi s.a.w, menjawab: "Dihapuskan dari halaman amalnya", Arab desa(badwi) itu bertanya: "Hingga kapan?".

Nabi s.a,w. menjawab: "Sampai ia meminta ampunan Allah 'Azza wa Jalla dan bertaubat kepadaNYA. Sesungguhnya Allah tidak bosan memberi ampunan, sampai hamba itu bosan daripada meminta ampunan. Apabila hamba itu bercita-cita dengan kebaikan, nescaya ditulis oleh malaikat yang di sebelah kanan akan kebaikan, sebelum dikerjakannya. Maka kalau sudah dikerjakannya, nescaya dituliskan sepuluh kebaikan. Kemudian dilipat-gandakan oleh AlIah Subhanahu wa Ta'ala kepada tujuh ratus ganda. Dan apabila hamba itu bercita-cita dengan kejahatan. nescaya tidak dituliskan. Maka apabila dikerjakan kejahatan itu, nescaya dituliskan satu kesalahan. Dan di belakangnya kebaikan kema'afan Allah 'Azza wa JalIa". (1).

Seorang laki-Iaki datang kepada RasululIah s.a.w. Lalu berkata: "Wahai RasululIah! Sesungguhnya aku tidak berpuasa selain sebulan. Tidak aku tambahkan daripadanya, Dan tidak aku mengerjakan shalat, selain lima waktu, Dan tidak aku tambahkan daripadanya, Dan tiadalah bagi AlIah pada hartaku itu sedekah, hajji dan amalan sunat. Di manakah aku apabila aku mati?".

Rasulullah s.a. w. lalu tersenyum dan bersabda: "Ya, bersama aku, apabila engkau menjaga hati engkau dari dua perkara: iri hati dan dengki.

Engkau menjaga lidah engkau dari dua perkara: umpat dan dusta.

Dan dua mata engkau dari dua perkara: memandang kepada apa yang diharamkan oleh Allah dan bahwa engkau mengejek dengan dua mata itu akan orang Islam.

Engkau masuk syurga bersama aku. atas dua tapak tanganku yang ini". (2).

Tersebut pada hadits yang panjang yang dirawikan Anas, bahwa seorang Arah desa(badwi) bertanya: "Wahai RasululIah! Siapakah yang mengurus hitungan amal makhluk?",

Nabi s.a,w, menjawab: AlIah Yang Mahasuci dan Mahatinggi". Arah desa(badwi) itu bertanya lagi: "DIA sendiri?",

Nahi s.a,w. menjawab: "Ya!".

Maka Arab desa(badwi) itu tersenyum.

Lalu Nabi s.a.w. bertanya: "Dari kerana apa engkau tertawa, hai Arab desa(badwi)?" ,

Ia menjawab: "Sesungguhnya Yang Mahapemurah itu, apabila mentaqdirkan, nescaya memaafkan. Dan apabila mengadakan hitungan amal (hisab), nescaya penuh dengan kelapangan".

(1) Dirawikan AI-Baihaqi dari Anas.

(2) Hadits ini telah diterangkan dahulu pada "Kitab Tercelanya Busuk Hati Dan Dengki".

Lalu Nabi ~.a.w. hersabda:-

Artinya: "Benarlah Arah desa(badwi) ini. Ketahuilah kiranya, bahwa tiada yang pemurah, yang lebih pemurah daripada Allah Ta`ala. DIAlah Yang Maha Pemurah dari orang-orang yang pemurah".

Kemudian, Nabi s.a.w. menyambung: "Arab desa(badwi) ini telah mengerti". Dan pada hadits ini. tersebut pula: "Bahwa Allah Ta'ala memuliakan dan mengagungkan Ka'bah. Dan jikalau seorang hamba meruntuhkannya, batu demi batu, kemudian dibakarkannya. nescaya tiada sampai yang demikian itu. dari dosa orang yang merendahkan seorang wali dari para wali Allah Ta`ala".

Lalu Arab desa(badwi) ilu bertanya: "Siapakah para wali Allah Ta'ala')"

Nabi s.a.w. menjawab:-

Artinya: "Orang mu'min itu semua wali (aulia) Allah Ta`ala. Apakah engkau tidak mendengar firman Allah 'Azza wa .Jalla: "Allah itu yang kasih orang-orang yang beriman. mereka dikeluarkanNYA dari kegelapan kepada caha)'a yang terang (nur)". (I).       

Tersebut pada sehahagian hadih:-

Artinya: "Orang mu'min ilu lebih utama dari Ka•bah". (2).

(1) Hadits ini dirawikan dari Anas. Tetapi AI-Iraqi tidak menjumpai hadits ini dalam kitab-kitab hadits. Dan ayat tersebut itu. pada S. AI-Baqarah. ayat 257.

(2) Dirawikan Ibnu Majah dari Ibnu Umar. dengan bunyi lain yang searti dengan tersebut itu.

Artinya: Orang mu'min itu baik dan suci". (1)

Artinya: "Orang mu'min itu lebih mulia pada Allah Ta'ala daripada malaikat". (2).

Tersebut pada hadits:-

Artinya: "Allah Ta'ala menciptakan neraka jahannam dari kurnia rahmatNYA. untuk menjadi cambuk, yang dihalau oleh Allah dengan cambuk itu akan hamba-hambaNYA ke syurga". (3).

Tersebut pada hadits yang lain:-

Artinya: "Allah 'Azza wa lalla berfirman: "Sesungguhnya AKU jadikan makhluk itu, supaya mereka itu beruntung atas tanggunganKU. Dan tidak AKU jadikan mereka, supaya AKU beruntung atas tanggungan mereka•'. (4).

Tersebut pada hadits Abi Sa'id AI-Khudri. dari Rasulullah s.a.w.:-

Artinya: "Allah Ta'ala tidak menjadikan sesuatu. melainkan dijadikanNYA apa yang mengalahkannya. Dan dijadikanNYA rahmatNYA. mengalahkan marahNYA". (5),

(1) Menurut AI-Iraqi. beliau tidak menjumpai hadits yang bunyinya demikian.

(2) Dirawikan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. hadits dha`if.

(3) Menurut AI-Iraqi, beliau tidak menjumpai hadits yang demikian.

(4) Menurut AI-Iraqi. beliau tidak menjumpai hadits ini.

(5) Dirawikan Abusy-Syaikh Ibnu Hibban dari Abi Sa'id AI-Kudri.

Tersebut pada hadits terkenal:

Artinya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala menuliskan atas diriNYA rahmat, sebelum IA menjadikan makhluk: Sesungguhnya rahmatKU itu mengalahkan marahKU". (1).

Diriwayatkan dari Ma'adz bin Jabal dan Anas bin Malik, bahwa Nabi s.a.w. bersabda:-

Artinya: "Siapa yang membacakan "Laa ilaaha illal-laah" (Tiada yang disembah, selain Allah), nescaya ia masuk syurga", (2).

Pada hadits lain: "Siapa yang ada akhir perkataannya "Laa ilaaha illallaah", nescaya ia tidak akan disentuh oleh neraka". (3).

Pada hadits lain: "Siapa yang bertemu dengan Allah, yang tidak disekutukanNYA dengan sesuatu. nescaya ia diharamkan dari neraka". (4).

Pada hadits lain: "Tiada akan masuk neraka, orang yang dalam hatinya, seberat atom dari iman". (5).

Pada hadits lain: "Jikalau orang kafir itu tahu, akan luasnya rahmat Allah Ta'ala, nescaya tiada seaorang pun yang putus asa dari syurgaNYA". (6).

Tatkala Rasulullah s.a.w. membaca firman Allah Ta'ala:-

Artinya: "Sesungguhnya kegoncangan kiamat itu suatu peristiwa yang dahsyat". S. AI-Hajj, ayat 1, lalu beliau bersabda: "Tahukah kamu: hari manakah ini? Inilah hari, yang dikatakan kepada Adam a.s.: "Bangunlah! Maka carilah akan kecarian neraka dari anak-cucumu!".

Maka Adam a.s. bertanya: "Berapa?".

Maka dijawab: "Dari setiap seribu itu, maka sembilanratus Sembilan puluh sembilan ke neraka dan seorang ke syurga". Maka kaum itu penuh keheranan. Mereka itu semua menangis dan seharian mereka itu tidak mau berbuat dan bekerja. Maka datanglah kepada mereka, Rasulullah s.a.w. dan bersabda: "Mengapa kamu tidak mau bekerja?" .

Mereka itu menjawab: "Siapakah yang mau bekerja sesudah engkau ceritakan kepada kami dengan ini?"

(I) Dirawikan AI-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah. (2) Dirawikan Ath-Thabrani dari Ma'adz dan Anas.

(3) Dirawikan Abu Dawud dan AI-Hakim dari Ma'adz. dipandangnya shahih. (4) Dirawikan AI-Bukhari dan Muslim dari Anas.

(5) Dirawikan Ahmad dari Sahl bin Baidla•.

(6) Dirawikan AI-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

Maka Nabi s.a.w. menjawab:-

Artinya: "Berapa banyak kamu dalam umat-umat itu? Manakah Tawil. Tsaris, Mansik. Ya'-juj dan Ma'juj, umat-umat yang tidak dapat dihinggakan selain oleh Allah Ta'ala. Sesungguhnya kamu dalam umat-umat yang lain itu. adalah seperti bulu yang putih pada kulit sapi jantan yang hitam dan seperti gurisan pada lengan (kaki depan) binatang kenderaan". (1).

Maka perhatikanlah. bagaimana adanya makhluk itu dihalau dengan cemeti ketakutan dan dituntun mereka dengan tali kekang harapan kepada Allah Ta`ala. Kerana mereka dihalau, pertama-tama dengan cemeti ketakutan. Maka tatkala keluar yang demikian dengan mereka daripada batas kesederhanaan kepada bersangatan ke-putus-asa-an. Nescaya mereka diubati dengan ubat harapan. Dan mereka dikembalikan kepada kelurusan dan kesederhanaan. Dan yang penghabisan itu tidak berlawanan bagi yang permulaan.

Akan tetapi. disebutkan pada permulaan apa yang dilihatnya menjadi sebab bagi kesembuhan. Dan disingkatkan kepada yang demikian. Maka manakala mereka itu memerlukan kepada pengubatan dengan harapan, nescaya disebutkan kesempurnaan urusan: bahwa harus atas yang memberi pengajaran, mengikuti penghulu pemberi-pemberi pengajaran. Maka ia berlemah-Iembut pada pemakaian hadits-hadits tentang takut dan harap, menurut keperluan, sesudah memperhatikan sakit-sakit batiniyah.

Dan jikalau tidak dijaga yang demikian. nescaya adalah apa yang rusak dengan pengajarannya itu lebih banyak daripada yang diperbaikinya.

Tersebut pada hadits:-

Artinya: "Jikalau kamu tidak berbuat dosa, nescaya Allah menjadikan suatu makhluk yang berbuat dosa. Maka IA mengampunkan mereka". (2).

(I) Dirawikan At-Tirmidzi dari '!mran bin Hushain. hasan shahih. Dan nama-nama itu adalah putera-putera Nabi Adam a.s.

(2) Dirawikan Muslim dari Abi Ayyub.

Tersebut pada kata-kata lain

Artinya: "Nescaya IA pergi dari kamu dan IA datang dengan makhluk yang lain yang berbuat dosa. Maka IA mengampunkan mereka. Sesungguhnya IA itu Maha Pengampun dan Maha Pengasih".

Tersebut pada hadits:-

Artinya: "Jikalau kamu tidak berbuat dosa, nescaya aku takut atas kamu, apa yang lebih jahat daripada dosa".

Lalu ditanyakan: "Apakah itu yang lebih jahat?".

Nabi s.a.w. menjawab: "Ujub (mengherani diri)". (1).

Nabi S.A.W. bersabda:

Artinya: "Demi Allah, yang jiwaku di TanganNYA! Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih kepada hambaNYA yang mu'min, daripada ibu yang sayang kepada anaknya". (2).

Tersebut pada hadits:

Artinya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala mengampunkan pada hari kiamat, akan ampunan, yang tiada terguris pada hati seseorang. Sampai Iblis menyombong diri atas ampunan itu, kerana mengharap diperolehnya". (3).

(I) Dirawikan AI-Bazzar dan ibnu Hibban dari Anas. hadits dha`if.

(2) Dirawikan AI-Bukhari dan Muslim dari Umar.

(3) Dirawikan ibnu Abid-Dun-ya dati ibni Mas-ud. dengan isnad dha`if.

Tersebut pada hadits:-

Artinya: "Sesungguhnya bagi Allah Ta'ala seratus rahmat, yang disimpan daripadanya pada sisiNYA sembilanpuluh sembiIan rahmat. Dan dinampakkanNYA daripadanya di dunia satu rahmat, yang berdesak-desak para makhluk pada yang satu itu. Maka ibu kasih sayang kepada anaknya. Dan binatang sayang kepada anaknya. Maka apabila hari kiamat nanti, IA mengumpulkan nikmat yang satu ini kepada yang sembilanpuluh sembilan. Kemudian, dihamparkanNYA kepada semua makhlukNYA. Dan setiap rahmat daripadanya itu lapisannya langit dan bumi",

Nabi s.a.w. menyambung: "Maka tiada binasa atas tanggungan Allah pada hari itu, se-lain orang yang binasa". (1).           

Tersebut pada hadits: "Tiada seorang pun daripada kamu, yang amalnya memasukkannya ke syurga dan melepaskannya dari neraka".

Lalu para shahubat bertanya: "Tidak juga engkau, wahai Rasulullah?".

Nabi s.a.w.: "Dan tidak juga aku, selain bahwa aku diselubungkan oleh Allah dengan rahmatNYA". (2).

Nabi s.a.w. bersabda: "Beramallah! Berikanlah khabar gembira! Dan ketahuilah, tiadalah seseorang itu dilepaskan oleh amalnya". (3).

Nabi s.a.w. bersabda:-

Artinya: "Sesungguhnya aku sembunyikan syafaatku bagi orang-orang yang berbuat dosa besar dari ummatku. Adakah engkau lihat syafaat itu bagi orang-orang yang tha'at, yang taqwa saja? Bahkan syafaat itu bagi orang-orang yang berlumuran dosa, yang mencampur-adukkan antara dosa dan bukan dosa". (4).

(1) Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dati Abi Hurairah.

(2) Dirawikan AI-BukhaTi dan Muslim dati Abi Hurairah.

(3) Hadits ini telah diterangkan dahulu.

(4) Dirawikan AI-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah.

Nabi s.a.w. bersabda:-

Artinya: "Aku diutus membawa Agama yang benar, penuh kelapangan, yang mudah". (2).           .

Nabi s.a.w. bersabda dan kepada setiap hamba pilihan: "Aku menyukai, bahwa diketahui oleh orang-orang kafir yang berpegang kepada dua kitab (3). bahwa pada Agama kita itu penuh kelapangan". (4).

Menunjukkan kepada erti hadits ini, akan penerimaan doa oleh Allah Ta'ala bagi orang-orang mu'min, pada do'anya:-

Artinya: "Janganlah ENGKAU pikulkan kepada kami beban yang berat". S. AI-Baqarah, ayat 286.

Dan Allah Ta'ala berfirman

Artinya: "Dan meringankan beban mereka dan belenggu yang menyusahkan mereka". S. AI-A'raaf, ayat 157.

Diriwayatkan Muhammad bin AI-Hanafiyyah, dari Ali La. bahwa tatkala turun firman Allah Ta'ala:-

Artinya: "Maka berilah maaf yang baik". S. AI-Hijr, ayat 85.

Nabi s.a.w. lalu bertanya: "Hai Jibril! Apakah maaf yang baik itu?". Jibril a.s. menjawab: "Apabila engkau maafkan orang yang berbuat zalim kepada engkau, maka janganlah engkau mencelanya".

(2) Dirawikan Ahmad dari Abi Amamah, dengan sanad dha`if.

(3) Dimaksudkan: yang berpegang kepada Taural, yaitu: Yahudi

Dan yang berpegang kepada Injil, yaitu: Nasrani.-

(4) Dirawikan Abu Ubaid dan Ahmad, hadits gharib (tak terkenal).

Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Hai Jibril! Maka Allah Ta'ala itu maha pemurah daripada IA mencela orang yang dimaafkanNYA".

Maka menangislah Jibril. Dan menangislah Nabi s.a.w. Maka Allah Ta'ala mengutuskan malaikat Mikail kepada keduanya. Mikail berkata: "Sesungguhnya Tuhanmu menyampaikan salam kepadamu. Dan berfirman:

"Bagaimana AKU mencela orang yang AKU maafkan? Itu adalah hal yang tidak menyerupai kemurahanKU". (1).

Hadits-hadits yang membentangkan mengenai sebab-sebab harapan itu, lebih banyak daripada dapat dihinggakan.

Adapun atsar, maka di antaranya Ali La. berkata: "Siapa yang berbuat suatu dosa, lalu ditutup oleh Allah Ta'ala di dunia, maka Allah itu Maha Pemurah, daripada membukakan penutupannya di akhirat. Dan siapa yang berbuat dosa, lalu ia disiksa di dunia, maka Allah Ta'ala Maha Adil daripada mendua-kalikan siksaanNYA atas hambaNYA di akhirat".

Ats-Tsauri berkata: "Aku tidak suka, bahwa dijadikan perhitungan amalku kepada ibu-bapakku. Kerana aku tahu, bahwa Allah Ta'ala mencurahkan kasih-sayang kepadaku daripada keduanya".

Setengah salaf berkata: "Orang mu'min apabila berbuat maksiat kepada Allah Ta'ala, nescaya Allah menutupkannya dari penglihatan malaikat. Supaya tidak dilihatnya, lalu dinaik-saksikannya".

Muhammad bin Sha'ab menulis surat kepada Aswad bin Salim dengan tulisannya sendiri: "Sesungguhnya hamba apabila berbuat berlebih-Iebihan atas dirinya, maka ia mengangkatkan dua tangannya berdo'a dan mengucapkan: "Wahai Tuhanku!", nescaya malaikat mendindingkan suaranya. Dan demikian juga, kali kedua dan kali ketiga. Sehingga, apabila ia mengucapkan kali keempat: "Wahai Tuhanku!", maka Allah Ta'ala berfirman:

"Hingga kapan, kamu dindingkan daripadaKU, akan suara hambaKU? Sesungguhnya hambaKU itu tahu, bahwa tiada baginya Tuhan, yang mengampunkan dosa-dosa, selain AKU. AKU persaksikan kepada kamu, bahwa AKU telah mengampunkan dosanya".

Ibrahim bin Adham r.a. berkata: "Pada suatu malam, aku tidak melakukan tawaf. Adalah malam itu banyak turun hujan dan gelap. Lalu aku berdiri di Al-Multazam di sisi pintu Ka'bah. Maka aku berdo'a: "Wahai Tuhanku! Peliharakanlah aku, sehingga aku tidak mengerjakan maksiat kepadaMU selama-Iamanya!". Lalu datang suara yang memanggil dari Baitullah: "Hai Ibrahim! Engkau meminta kepadaKU pemeliharaan dari dosa. Semua hambaKU yang beriman, meminta daripadaKU yang demikian. Maka apabila AKU peliharakan mereka, maka kepada siapakah AKU memberikan kurnia? Dan bagi siapakah AKU memberi ampunan?".

(1) Dirawikan Ibnu Mardawaih, hadits mauquf (terhenti) sampai kepada Ali.

AI-Hasan berkata: "Jikalau tidaklah orang mu'min itu berbuat dosa, nescaya ia akan terbang pada alam malakut tinggi. Akan tetapi, Allah Ta'ala mencegahkannya dengan dosa".

AI-Junaid r.a. berkata: "Jikalau nampaklah mata dari orang pemurah, nescaya mata itu menghubungkan orang-orang yang berbuat jahat dengan orang-orang yang berbuat baik".

Malik bin Dinar bertemu dengan Abban bin Abi 'Ayyasy (1). Lalu Malik mengatakan kepadanya: "Sudah berapa banyak engkau berbicara dengan manusia, mengenai hal kemudahan?".

Abban lalu menjawab: "Hai Abu Yahya! Sesungguhnya aku mengharap bahwa engkau melihat dari kemaafan Allah pada hari kiamat, akan apa yang engkau koyakkan pakaian engkau ini kerananya, dari sebab kegembiraan".

Dalam cerita Rib'iy bin Hirasy dari hal saudaranya (Mas'ud bin Hirasy) dan adalah Rib'iy ini termasuk kaum tabi'in pjlihan. Dan saudaranya (Mas'ud) itu, adalah di antara orang yang berkata-kata sesudah meninggal. Kata Rib'iy: "Tatkala saudaraku Mas'ud telah meninggal, lalu ia ditutup dengan kainnya. Dan kami meletakkannya di atas usungan mayatnya. Maka ia membukakan kain dari mukanya dan duduk lurus. Seraya ia berkata: "Aku telah menemui Tuhanku 'Azza wa lalla. Maka IA menyambut aku dengan kegembiraan dan kepuasan. Dan Tuhanku tidak marah. Dan aku melihat keadaan itu lebih mudah dari apa yang kamu sangkakan. Maka janganlah kamu lesu! Dan sesungguhnya Muhammad s.a.w. dan para sahabatnya menunggu aku. Sehingga aku kembali kepada mereka".



Rib'iy meneruskan ceritanya: "Kemudian, Mas'ud mencampakkan dirinya. Seakan-akan adalah dia sebutir batu, yang jatuh pada tempat cuci tangan. Maka kami bawa dia dan kami kuburkan".



Tersebut pada hadits: "Bahwa dua orang laki-Iaki dari kaum Bani Israil, mengikatkan persaudaraan pada jalan Allah Ta'ala. Yang seorang adalah berlebih-Iebihan atas dirinya dengan perbuatan maksiat. Dan yang lain adalah 'abid (rajin beribadah). Dan ia memberi pengajaran dan menghardik temannya itu. Lalu terman yang jahat itu mengatakan: "Tinggalkanlah aku! Demi Tuhanku! Adakah engkau diutus atas diriku menjadi pengintip?". Sehingga pada suatu hari, terman yang 'abid itu melihat temannya yang jahat, sedang berbuat dosa besar. Lalu ia marah, seraya berkata: "Allah tiada akan mengampunkan dosa engkau".

Terman yang berbuat dosa itu menjawab: "Allah Ta'ala akan berfirman pada hari kiamat: "Adakah sanggup seseorang mencegah rahmatKU kepada hamba-hambaKU? Pergilah engkau, maka sesungguhnya AKU telah mengampunkan dosa engkau". Kemudian, ia mengatakan kepada temannya yang 'abid: "Engkau telah mengharuskan bagi engkau neraka"

(1) Adalah Abban terkenal. banyak sekali membicarakan hadits-hadits mengenai harap dan kemudahan (tidak dipersulitkan) - Peny.

Nabi s.a. w. bersabda: "Demi Tuhan yang nyawaku di tanganNYA! Sesungguhnya orang itu telah mengucapkan perkataan, yang membinasakan dunianya dan akhiratnya", (1)

Diriwayatkan pula, bahwa seorang pencuri telah merampok pada kaum Bani Israil selama empatpuluh tahun. Maka nabi Isa a.s. lalu dekat pencuri itu. Dan di belakang beliau seorang 'abid dari Bani Israil, yang menjadi ternan beliau. Maka pencuri itu berkata pada dirinya: "Ini nabi Allah lewat dan di sampingnya shahubatnya. Jikalau aku turun, lalu aku menjadi orang ketiga bersama keduanya".

Kata yang punya riwayat, lalu pencuri itu turun (menggabungkan diri). Ia bermaksud dekat dengan sahabat nabi Isa a.s. Dan ia menghinakan dirinya, kerana menghormati sahabat nabi Isa a.s, Dan ia berkata kepada dirinya: "Seperti aku tiada akan berjalan di samping 'abid ini".

Kata yang punya riwayat, bahwa sahabat nabi Isa a.s. merasa pada dirinya. Lalu ia berkata kepada dirinya: "Orang ini mau berjalan di sampingku". Lalu ia merapatkan dirinya dan berjalan kepada nabi Isa a.s. Maka ia berjalan di sampingnya. Maka tinggallah pencuri itu di belakangnya. Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada Isa a.s.: "Katakanlah kepada dua orang itu, supaya keduanya mengulangi kembali perbuatannya! Sesungguhnya telah batal apa yang telah berlalu dari amal-perbuatannya. Adapun si sahabat itu, telah batal amal kebaikannya, kerana ia 'ujub (mengherani diri). Adapun yang satu lagi (pencuri), maka telah batal perbuatan jahatnya, disebabkan ia menghinakan dirinya".

Lalu nabi Isa a.s. menceritakan kepada dua orang itu yang demikian. Dan pencuri itu menggabungkan diri kepada nabi Isa a.s. dalam perjalanannya. Dan dijadikannya menjadi sahabatnya.

Diriwayatkan dari Masruq, bahwa seorang dari para nabi itu bersujud. Lalu lehernya diinjak oleh seorang maksiat. Sehingga melengketkan batu dengan dahinya.

Masruq meneruskan ceritanya, bahwa nabi a.s. itu lalu mengangkatkan kepalanya, dengan marah. Seraya berkata: "Pergilah. maka Allah tiada akan mengampunkan dosa engkau!". Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada nabi tadi: "Engkau bersumpah atasKU pada hambaKU! Sesungguhnya AKU telah mengampunkannya".

(1) Dirawikan Abu Dawud dari Abi Hurairah, isnad hadits baik.

Dan mendekati dengan ini, apa yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. berdo'a untuk kemelaratan orang-orang musyrik dan mengutuk mereka dalam shalatnya. Maka turunlah kepadanya firman Allah Ta'ala:-

Artinya: "Tiadalah engkau mempunyai kepentingan dalam perkara itu sedikitpun, Allah menerima taubat mereka atau menyiksa mereka". S. Ali 'Imran, ayat 128.

Lalu Rasulullah s.a.w. meninggalkan berdo'a untuk kemelaratan mereka. Dan Allah Ta'ala memberi petunjuk umumnya mereka kepada Islam. (1)

Diriwayatkan pada atsar, bahwa adalah dua orang laki-Iaki dari orang-orang 'abid, yang bersamaan pada ibadah. Kata yang meriwayatkan, bahwa apabila keduanya dimasukkan ke syurga, lalu yang seorang ditinggikan pada tingkat tinggi atas temannya. Maka yang seorang itu berkata:

"Wahai Tuhanku! Tiadalah orang ini dalam dunia, lebih banyak ibadahnya daripada aku. Lalu ENGKAU tinggikannya di atasku dalam syurga tinggi".

Maka berfirman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya ia meminta padaKU di dunia akan darajat tinggi. Dan engkau meminta padaKU akan kelepasan dari neraka. Maka AKU berikan kepada setiap hamba akan permintaannya".

Ini menunjukkan, bahwa ibadah lebih utama dari harap. Kerana kecintaan itu lebih keras pada orang yang mengharap, daripada pada orang yang takut. Maka berapa banyak perbedaannya pada raja-raja, di antara orang yang melayaninya, kerana takut siksaannya dan orang yang melayaninya, kerana mengharap keanugerahan dan kemurahannya. Dan kerana itulah, Allah Ta'ala menyuruh, dengan baik sangka.

Kerana itulah, Nabi s.a. w. bersabda:-

Artinya: "Mintalah kepada Allah akan darajat tinggi. Sesungguhnya engkau meminta pada Yang Maha Pemurah". (2)

(I) Dirawikan AI-Bukhari dari Ibnu Umar, bahwa Nabi s.a.w. apabila mengangkatkan kepalanya dari ruku' daripada rakaat penghabisan shalat Shubuh, beliau berdo'a yang artinya: "Ya Allah! Kutukkanlah si Anu, si Anu dan si Anu!", sesudah beliau membaca:"Sami-'alla'hu Iiman hamidahu, rabbanaa wa lakal-hamdu". Dan inilah yang dinamakan "qunut" pada shalat Shubuh. (Peny.)

(2) Dirawikan Hammad bin Waqid.

Nabi s.a.w. bersabda:-

Artinya: "Apabila kamu meminta pada Allah, maka besarkanlah keinginan dan mintalah syurga firdaus yang tertinggi. Maka sesungguhnya Allah Ta'ala tiadalah sesuatu yang besar padaNYA". (1).

Bakr bin Salim Ash-Shawwaf berkata: "Kami masuk ke tempat Malik bin Anas, pada sore, yang pada sore itu, ia meninggal dunia. Kami menanyakan: "Hai Abu Abdillah! Bagaimana engkau mendapati dirimu?"

Malik bin Anas menjawab: "Aku tidak tahu, apa yang aku katakan kepadamu, kecuali, sesungguhnya kamu akan melihat dari kema'afan Allah, apa yang tidak ada bagimu pada hitungan amal (hisab)". Kemudian, kami tetap di tempat itu, sehingga kami tidak memahami lagi maksud perkataannya".

Yahya bin Ma'adz mengucapkan dalam munajahnya (menghadapkan kata-katanya kepada Allah Ta'ala): "Hampirlah harapanku kepada ENGKAU serta dosa. Keraslah harapanku akan ENGKAU serta amal. Kerana aku berpegang pada amal itu di atas ke-ikhlas-an. Bagaimana aku memelihara amal-amal itu, pada hal aku terkenal dengan bahaya. Aku dapati diriku dalam dosa, yang aku berpegang kepada ke-ma'af-an ENGKAU. Bagaimana ENGKAU tidak mengampunkannya dan ENGKAU itu bersifat dengan kemurahan".

Dikatakan, bahwa seorang majusi minta bertamu pada nabi Ibrahim AIKhalil a.s. Lalu Nabi Ibrahim a.s. menjawab: "Kalau kamu masuk Islam, nescaya aku pertamukan engkau".

Orang majusi itu lalu pergi. Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada nabi Ibrahim: "Hai Ibrahim! Engkau tidak memberi makanan kepadanya, selain dengan ia mengubahkan agamanya. Dan KAMI sejak tujuhpuluh tahun yang lalu, memberi makanan kepadanya, di atas ke-kafirannya. Maka jikalau engkau pertamukannya semalam, nescaya apa yang ada atas engkau?".

Maka pergilah Ibrahim a.s. berusaha mencari orang majusi itu. Maka dimintanya kembali dan dipertamukannya. Lalu orang majusi itu bertanya kepada nabi Ibrahim a.s.: "Apa sebab, pada apa yang nampak bagi engkau itu?".

Nabi Ibrahim a.s. lalu menerangkan kepada orang majusi tadi. Maka orang majusi tersebut bertanya kepada nabi Ibrahim: "Adakah yang begini engkau mengadakan hubungan dengan aku?".

Kemudian, orang majusi itu menyambung: "Kemukakanlah kepadaku Agama Islam!". Maka orang majusi itu pun masuk Agama Islam.

(I) Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah.



AI-Ustadz Abu Sahl Ash-Sha'luki bermimpi bertemu dengan Abu Sahl Az-Zujaji. Dan adalah 'Abu Sahl Az-Zujaji mengatakan, dengan: janji azab selama-Iamanya. (1). Lalu Abu Sahl Ash-Sha'luki bertanya kepadanya:



"Bagaimana keadaan engkau?".



Abu Sahl Az-Zujaji menjawab: "Kami dapati keadaan, lebih mudah daripada apa, yang kami sangkakan".

Kemudian, sebahagian mereka bermimpi bertemu dengan Abu Sahl Ash Sha'luki, dalam keadaan yang baik, yang tidak dapat disifatkan. Lalu yang bermimpi itu, bertanya kepadanya: "Hai Ustadz! Dengan apa engkau peroleh ini?".

Lalu Abu Sahl Ash-Sha'luki menjawab: "Dengan baik sangkaanku kepada Tuhanku".

Diceritakan, bahwa Abul-Abbas bin Suraij r.a. bermimpi dalam sakit, yang ia meninggal dunia pada sakit itu, seakan-akan kiamat sudah terjadi. Tiba-tiba Tuhan Yang Maha Perkasa, Yang Maha Suci berfirman: "Mana para ulama?".

Kata Abul-Abbas: "Maka datanglah para ulama itu".

Kemudian, Allah Ta'ala berfirman: "Apakah yang kamu amalkan, pada apa yang kamu ketahui?".

Kata Abul-Abbas: "Maka kami menjawab: "Hai Tuhanku! Kami teledor dan kami berbuat jahat".

Kata Abul-Abbas: "Maka Allah Ta'ala mengulangi pertanyaan, seakan-akan IA tidak redha dengan jawaban tadi dan menghendaki jawaban yang lain.

Maka aku menjawab: "Adapun aku, maka tiadalah pada halaman suratan amalku itu syirik. Dan ENGKAU telah menjanjikan, bahwa ENGKAU akan mengampunkan yang kurang dari itu".

Maka Allah Ta'ala berfirman: "Pergilah dengan Abul-Abbas itu! AKU telah mengampunkan dosa kamu".

Abul-Abbas bin Suraij itu meninggal sesudah tiga malam kemudian. Dikatakan, adalah seorang laki-laki peminum khamar, mengumpulkan suatu golongan dari teman-temannya yang sepeminum. Dan ia menyerahkan kepada budaknya empat dirham. Dan disuruhnya membeli sedikit buah-buahan untuk pertemuannya itu. Maka budak itu melewati pintu majlis Manshur bin 'Ammar. Dan Manshur ini meminta sesuatu untuk fakir-miskin. Ia mengatakan: "Bahwa siapa yang memberikan kepada fakir-miskin itu empat dirham, nescaya aku berdo'a kepadanya empat do'a.

Kata yang punya riwayat, bahwa budak itu lalu menyerahkan empat dirham itu kepada fakir-miskin. Maka bertanya Manshur: "Apakah yang engkau kehendaki, bahwa aku do'akan bagi engkau?".

Budak itu menjawab: "Aku mempunyai tuan. Aku menghendaki supaya aku terlepas daripadanya".

(1) Maksudnya, bahwa menurut keyakinan Abu Sahl Az-Zujaji. apabila Allah Ta'ala telah menjanjikan siksaan atas sesuatu maksiat maka pasti akan terjadi, Ia lupa kepada ampunan Allah, apabila dikehendakiNYA, (Peny,)

Maka Manshur mendo'akan yang demikian. Dan bertanya lagi: "Yang lain?"

Budak itu menjawab: "Kiranya Allah menggantikan kepadaku  akan dirham-dirhamku" ,

Lalu Manshur mendo'akan. Kemudian, bertanya: "Yang lain?", Budak itu menjawab: "Kiranya Allah mentaubatkan tuanku",

Maka Manshur mendo'akan! Kemudian bertanya: "Yang lain?".

Budak itu menjawab' "Kiranya Allah mengampunkan aku, tuanku, engkau dan rombongan teman-teman tuanku!"

Maka Manshur pun mendo'akan yang demikian.

Lalu budak itu kembali. Maka tuannya bertanya kepadanya: "Mengapa engkau lambat?".

Maka ia ceritakan kepada tuannya cerita tersebut, Dan tuannya itu lalu bertanya: "Apa ia do'akan?".

Budak itu lalu menjawab: "Aku minta bagi diriku merdeka",

Maka tuannya lalu menjawab: "Pergilah, engkau sekarang merdeka"

Tuannya bertanya lagi: "Apa yang kedua?",

Budak itu menjawab: "Kiranya digantikan oleh Allah kepadaku, dirham-dirham itu",

Tuannya menjawab: "Untukmu empat ribu dirham", "Dan yang ketiga, apa'?"

Budak itu menjawab: "Kiranya Allah mentaubatkan engkau",

Tuannya menjawab: "Aku bertaubat kepada Allah Ta'ala", Dan ia bertanya lagi: "Apa yang keempat?".

Budak itu menjawab: "Kiranya Allah mengampunkan aku, engkau, rombongan itu dan yang memperingatkan aku",

Lalu tuannya menjawab: "Yang satu ini tidaklah kepadaku",

Tatkala tuannya tidur pada malam itu, maka ia bermimpi, seakan-akan ada yang mengatakan kepadanya: "Engkau telah berbuat apa yang kepada engkau sekalian. Apakah engkau akan melihat, bahwa AKU tiada berbuat apa yang kepadaKU? Maka AKU ampunkan dosa engkau. dosa budak, dosa Manshur bin 'Ammar dan dosa orang-orang yang hadir itu"

Diriwayatkan dari Abdul-wahhab bin Abdul-hamid Ats-Tsaqafi, yang mengatakan: "Aku melihat tiga orang laki-Iaki dan seorang perempuan, membawa jenazah".

Kata Adul-wahhab: "Lalu aku ambil tempat wanita itu dan kami pergi ke kuburan. Kami mengerjakan shalat janazah dan kami kuburkan mayat itu. Maka aku bertanya kepada wanita itu: "Siapakah mayat ini, dari pihak engkau?".

Perempuan itu menjawab: "Anakku",

Aku bertanya lagi: "Apakah kamu tidak mempunyai tetangga?", Perempuan itu menjawab: "Ada! Akan tetapi, mereka menganggap kecil urusannya",

Lalu aku bertanya: "Mengapa ada yang demikian?".

Perempuan itu menjawab: "Anakku itu membuat dirinya menyerupai perempuan (mukhannats)".

Abdul-wahhab itu meneruskan ceriteranya: "Maka aku belas kasihan kepada wanita itu dan aku bawa dia ke tempatku. Aku berikan kepadanya wang beberapa dirham, gandum dan beberapa helai kain".

Abdul-wahhab itu meneruskan ceritanya: "Maka aku bermimpi pada. malam itu, seakan-akan datang kepadaku, seorang yang datang, seolah-olah bulan pada malam pumama dan ia memakai pakaian putih. Ia datang mengucapkan terima kasih kepadaku. Lalu aku bertanya: "Siapakah engkau?".

Maka ia menjawab: "Orang mukhannats, yang engkau kuburkan tadi siang. Tuhanku mengasihani aku, disebabkan manusia menghinakan aku".         .

Ibrahim AI-Athrusy berkata: "Adalah kami duduk di Bagdad bersama Ma'ruf AI-Karkhi di tepi sungai Dajlah. Tiba-tiba datang anak-anak muda dalam suatu perahu. Mereka memukul rabana, minum khamar dan bermain-main. Lalu orang banyak bertanya kepada Ma'ruf: "Apakah tidak engkau melihat mereka berbuat maksiat dengan terang-terangan? Berdo'alah kepada Allah akan kebinasaan mereka!".

Ma'ruf AI-Karkhi lalu mengangkatkan dua tangannya dan berdo'a: "Ya Allah! Wahai Tuhanku! Sebagaimana ENGKAU gembirakan mereka di dunia, maka gembirakanlah mereka di akhirat!".

Orang banyak itu menjawab: "Sesungguhnya kami meminta engkau berdo'a untuk kebinasaan mereka".

Maka jawab Ma'ruf AI-Karkhi: "Apabila Allah menggembirakan mereka di akhirat, niscaya diterimaNYA taubat mereka".

Sebahagian salaf mengucapkan dalam do'anya: "Wahai Tuhanku! Penduduk masa manakah yang tidak berbuat maksiat kepada ENGKAU. Kemudian, adalah nikmat ENGKAU itu merata kepada mereka. Dan rezeki yang ENGKAU berikan itu beredar kepada mereka. Mahasuci ENGKAU! Alangkah amat kasih-sayangnya ENGKAU. Demi keagungan ENGKAU! Sesungguhnya ENGKAU menghinggakan, kemudian ENGKAU ratakan nikmat dan ENGKAU curahkan. Sehingga seolah-olah ENGKAU, hai Tuhan kami, tiada ENGKAU marah".

Maka inilah sebab-sebab yang menarik semangat harapan ke dalam hati orang-orang yang takut dan putus asa. Adapun orang-orang yang dungu, yang terpedaya, maka tiada sayogialah, bahwa ia mendengar sesuatu dari yang demikian. Akan tetapi, mereka akan mendengar apa yang akan kami bentangkan pada sebab-sebab takut. Maka sesungguhnya kebanyakan manusia, tiada pantas, selain atas ketakutan. Seperti budak yang jahat dan anak kecil yang suka kotor. Ia tidak lurus, selain dengan cambuk dan tongkat dan melahirkan kata-kata kasar. Adapun lawan yang demikian, maka menyumbatkan kepada mereka, pintu perbaikan pada Agama dan dunia.

* link IHYA' ULUMIDDIN - Imam Al-Ghazali (masih belum lengkap)